4 Kasus Polisi Tembak Atasannya Paling Terkenal Di Indonesia
Foto : merdeka.com
4 Kasus Polisi Tembak Atasannya Paling Terkenal Di Indonesia - seorang polisi bawahan berani melawan atasannya. Kasus perlawanan anggota polisi bawahan kepada atasannya seolah menjadi fenomena gunung es. Para bawahan berani menembak atasannya hingga tewas bersimbah darah.
Kasus terakhir menimpa Kepala Detasemen Pelayanan Masyarakat Polda Metro Jaya AKBP Pamudji saat berada di ruang piket Yanma di Mapolda Metro Jaya, Selasa (18/3) sekitar pukul 21.30 WIB. AKBP Pamudji tewas bersimbah darah, diduga di tangan bawahannya, Briptu Susanto.
Menurut pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar, kasus penembakan ini bukti jika pendidikan kepolisian di Indonesia saat ini amburadul. Faktor itu bisa memungkinkan penyebab polisi bintara berani menembak atasannya yang jabatannya sudah perwira menengah sekalipun.
Selain itu, kata Bambang penyebab banyaknya juga kasus penembakan bawahan kepada atasannya karena karakter pemimpin yang sewenang-wenang pada anak buahnya, atau karakter bawahan yang mudah tersulut emosi berkepanjangan.
"Faktor kejadiannya bisa jadi antar brigadir yang memang agresif dan impulsif, tapi kan itu sifat ya. Faktor lainnya mungkin pemimpinnya kurang arif, selalu membebani bawahannya. Hubungan antara anak buah dan bawahan di kepolisian memang harusnya selalu diperhatikan, diperbaiki agar terus harmonis," kata Bambang kepada merdeka.com, Rabu (19/3).
Berikut 4 Kasus Polisi Tembak Atasannya Paling Terkenal Di Indonesia :
1. Iptu tembak AKP di Polres Jombang
Iptu Sugeng Wiyono menembak atasannya sendiri, AKP Ibrahim Gani hari Rabu (27/4/2005) lalu di kantornya, Mapolres Jombang. Setelah menembak rekannya, Iptu Sugeng lalu nekat bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri.
Ibrahim Gani mengalami luka tembak di bawah dada dan kini dirawat intensif di RS Bhayangkara Surabaya dengan mendapat penjagaan ketat polisi. Beruntung nyawanya berhasil diselamatkan.
Kejadian mengejutkan bermula ketika Sugeng mendatangi ruang Ibrahim Gani. Saat itu Sugeng langsung merebut senjata api jenis FN 38 Ibrahim Gani. Perwira pertama polisi tersebut langsung menembakkan dua kali ke arah dada bawah Ibrahim. Dan tak lama kemudian, Sugeng menembak sendiri ke arah kepalanya dengan senjata yang sama.
Sugeng diduga melakukan hal itu karena stres. Sugeng pernah menjabat Kanit Laka di Satlantas Polres Jombang. Saat kejadian pelaku telah dimutasi sebagai perwira menengah bagian administrasi Polres Jombang.
2. Tak terima dimutasi, provost tembak Wakapoltabes Semarang
Seorang anggota provost, Brigadir Satu Hance Christian, menembak atasannya sendiri Wakil Kepala Kepolisian Kota Besar Semarang Ajun Komisaris Besar Liliek Purwanto. kejadian penembakan tersebut terjadi di ruang kerjanya Liliek pada Maret 2007 lalu.
Liliek tewas setelah enam tembakan dari jarak kurang dari dua meter bersarang di dada dan kepalanya. Hance sendiri akhirnya juga tewas tewas ditembak tim Provost, Reserse Mobil, dan Gegana.
Insiden tembak-menembak itu berlangsung setelah apel pagi. Motifnya, Hance marah karena dimutasi ke Kendal, Jawa Tengah.
3. Tersinggung, Briptu di Makassar tembak Kombes
Briptu Ishak Trianda (35) nekat menembak Kombes Purwadi karena tersinggung dengan ucapan dokter perwira tinggi itu, sehari sebelumnya. Penembakan itu terjadi sekitar pukul 15.15 WITA, Sabtu (6/4/2013) lalu.
Motif penembakan tersebut bermula saat putra bungsu Briptu Ishak Trianda yang berusia 4 tahun jatuh ke lubang galian pondasi Rumah Sakit Bhayangkara, Mappaoddang, Makassar, Sulawesi Selatan. Kemudian Briptu Ishak menutup lubang itu di jalan akses rumah dinasnya.
Briptu Ishak lalu mendatangi Kepala Rumah Sakit Bhayangkara, Kombes Purwadi. Ishak protes soal lubang yang membuat anaknya terjatuh tersebut. Namun jawaban yang diterima Ishak justru sangat tidak mengenakan hati.
"Kalau anakmu jatuh, kamu kubur saja di galian. Terus kalau kamu jatuh juga, kamu kubur dirimu bersama anakmu di situ sekalian," jawab Purwadi. Hal itulah yang kemudian membuat Ishak sakit hati dan nekat membedil atasannya itu.
4. AKBP ditembak Brigadir di Mapolda Metro
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menuturkan hingga saat ini sudah empat saksi yang diperiksa yakni S,C, J dan D terkait penembakan terhadap Kepala Detasemen Pelayanan Masyarakat Polda Metro Jaya AKBP Pamudji. Menurut keterangan para saksi, peristiwa berawal saat Brigadir Susanto dipanggil oleh korban.
"S ditegur karena separuh tak gunakan pakaian dinas (atas kaos bawah celana coklat polisi)," ujar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya.
Dari situlah, lanjutnya, Brigadir Susanto sempat diperingati. "Sempat juga dari kesaksian yang ada senjatanya diambil dan disuruh berpakaian dinas," tuturnya.
Pada saat cekcok mulut terjadi, lanjut Rikwanto, di ruangan piket tersebut terdapat korban dan Brigadir Susanto.
"Mereka berdua ditinggal oleh Aiptu D. Tak lama kemudian 50 meter dari tkp Aiptu D mendengar letusan senjata setelah kembali menemukan AKBP Pamudji sudah tewas," paparnya.
Dua kali letusan pun terdengar. "Bagaimana satu letusan kena korban, satu lagi tidak. Itu akan didalami," ucapnya.
Senjata api yang ditemukan di samping jenazah pun diduga kuat merupakan milik Brigadir Susanto. "Senjata jenis revolver kaliber 38 tergeletak di samping jenazah dan diketahui milik Brigadir S," ucapnya.
Baca Juga :
0 komentar:
Posting Komentar